CALEG MENYERBU FASILITAS UMUM UNTUK KAMPANYE


Global Bekasi Hot News,
Satu bulan terakhir ini para caleg kini berlomba-lomba menggiatkan dan menggalakkan pemasangan atribut visual kampanye. Bahkan kini lebih langsung kepada fasilitas umum seperti angkutan kota.

Khususnya Bekasi, dari hasil pemantauan kami, sudah banyak caleg yang menggunakan angkot (angkutan kota) di wilayah Bekasi sebagai ajang kampanye mereka lebih awal. Dengan asumsi bahwa angkot itu akan melintasi jalur-jalur protokol dan kabupaten atau kotamadya tertentu sehingga akan selalu dilihat dan diamati oleh khalayak umum.

Ada beberapa caleg yang kini sudah menggunakan media angkot baik di Kota Bekasi maupun Kabupaten Bekasi. Diantaranya, H. Awing Asmawi, SE. dari Partai Demokrat, kemudian ada H. M. Shalih. SH. MM dari PMB. dan beberapa caleg lainnya.
Demikian pula dari Partai Golkar, namun tidak sebanyak yang pertama disebut di atas.

Kecerdikan melihat peluang ini memang akan jauh lebih efektif apabila setiap caleg mau memberikan nomor telepon langsung kepada para supir angkot. Dimana bila ada penumpang atau siapapun yang hendak menghubungi mereka maka cukup berkomunikasi dengan sang supir dan langsung bisa berkomunikasi dengan sang caleg. Lain halnya bila sang caleg hanya memberikan sticker oneway vision di belakang angkot, ataupun stiker biasa di dalam angkot tanpa ada interaksi langsung dengan supir angkot dengan masyarakat luas maka efektifitas sticker kurang kuat. Ada sebagian pendapat, khususnya para supir angkot merasa, bahwa mereka diakui dan dianggap sebagai representatif atau perwakilan sang caleg yang langsung bertemu dengan para konstituennya langsung. Inilah yang seharusnya dicermati para caleg saat mereka memasang sticker oneway vision di setiap angkutan umum di wilayah daerah pemilihannya.


Fenomena ini terjadi karena makin variatifnya jenis media visual luar ruang, kemudian kemudahan dan kecanggihan teknologi yang makin hari kian berkembang. Di samping itu kemajuan teknologi informasi yang tanpa batas. Para caleg pun tak kurang mempunyai konsultan yang bukan saja kaya pengalaman tapi banyak datang dari sekolah luar negeri. Mereka juga kadang berkiblat dari keberhasilan komunikasi kampanye dari Amerika Serikat.

Dengan memanfaat media internet dan radio serta televisi, maka segala sarana dan prasarana umum yang bisa dimanfaatkan tanpa kehilangan momentum dan sepanjang tidak melanggar ketentuan umum serta etika berkampanye, maka pihak panwaslu mungkin masih menganggap masih bisa ditolerir. Hanya saja momentum yang diambil terkadang jauh-jauh hari sebelum masa kampanye diberlakukan. Hal ini kembali ke masalah teknis dan etika yang terpulang kepada pihak masyarakat dan sang caleg atau kandidat yang berkampanye.

So, sah tidaknya sebuah kampanye, dikembalikan kepada masyarakat.

2 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama